SMA YKBBB TOLAK “LGBT”

Bahaya LGBT! Bentengi Anak dengan Pendidikan dan Ilmu Agama

Dewasa ini, memasuki era teknologi informasi yang semakin canggih, anak-anak remaja generasi penerus bangsa tengah dihadapkan berbagai macam isu dan polemik. Mulai dari maraknya kejahatan pornografi, kekerasan, narkotika, termasuk isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) yang kini tengah menjadi sorotan masyarakat Tanah Air.

Para pakar pemerhati yang tergabung dalam kelompok Psikolog dan Psikiater menilai, LGBT bisa dikatakan sebagai sebuah penyakit jiwa akibat pola perilaku dan pengaruh lingkungan yang salah. Bila lingkar LGBT ini menjerumuskan anak-anak remaja bangsa ini, sudah bisa dipastilkan ke depan, generasi muda harapan bangsa akan berkurang.

Untuk itu, membentengi anak-anak remaja dari bahaya LGBT Harus dimulai dengan memberikan edukasi atau pendidikan, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu agama kepada anak. Menurut Syafi’I, Praktisi Pendidikan Remaja, dan Pendidik di SMART Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa menjelaskan, orangtua memiliki peran utama dalam membentengi anak dari bahaya LGBT, terutama sosok seorang ayah. Sosok pemimpin keluarga ini harus hadir dalam kehidupan anak-anaknya.

“Jangan sampai karena kesibukan bekerja, ayah antara ada dan tiada dalam kehidupan anak-anaknya. Karena, anak-anak yang fatherless inilah yang rentan terkena virus LGBT. Mereka kehilangan sosok ayah sebagai panutan. Padahal, sosok ayah ini sangat penting dalam pendidikan anak,” ujar pria yang akrab disapa Kak Syaf ini.

Menurutnya, ayah memiliki peran penting mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya. Ayah harus mampu menjelaskan makna dalam setiap tahapan pendidikan kepada anak-anaknya. Karena, jika ini dilakukan, maka anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan sangat mudah untuk bersikap tegas menolak LGBT meski semasif apapun promosinya.

“Masalahnya adalah ayah-ayah modern sekarang seringkali tidak hadir dalam kehidupan anak-anaknya,” tuturnya.

Ia melanjutkan, dalam Islam setiap aturan syariat pasti membedakan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki ada seperangkat aturannya sendiri. Pun perempuan ada seperangkat aturannya sendiri. Dan, dalam Islam tidak ada jenis kelamin ketiga. Laki-laki ya laki-laki, perempuan ya perempuan.

“Contoh sederhana, ketika mengajak anak laki-laki berangkat ke masjid untuk shalat berjama’ah. Jelaskan kepada anak Anda, “Nak, kenapa kamu ayah ajak ke masjid? Karena, kamu laki-laki. Laki-laki itu utamanya shalatnya di masjid, bukan di rumah. Sedang, kakak (perempuan) kenapa shalatnya di rumah? Karena, kakak itu perempuan, perempuan itu utamanya shalatnya di rumah. Dari sini saja, sudah dijelaskan tentang konsep identitas diri. Masalahnya, ayahnya jarang shalat ke masjid, sehingga anak tidak memperoleh  konsep diri sebagai laki-laki,” jelas Kak Syaf.

Contoh lain, juga digambarkan Kak Syaf ada pada sosok seorang Ibu. Peran seorang ibu juga amat besar dalam mendidik anak-anaknya dalam menjauhi pengaruh lingkar LGBT. Pada anak perempuannya, seorang ibu harus mengajarkan dan memberikan pengertian mengenai pentingnya mengenakan jilbab atau berhijab  saat ingin memulai aktivitasnya di luar rumah. Selain memberikan rasa aman, berhijab merupakan perintah dalam islam bagi kaum hawa.

“Sampaikan kepada anak Anda, “Nak, kenapa kakak harus pakai jilbab dan baju yang menutup semua tubuh kecuali muka dan telapak tangan? Karena, kakak itu peremuan. Perempuan itu auratnya semua anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Makanya, harus ditutup dengan pakaian dan jilbab. Berbeda dengan adik (laki-laki),” jelas Kak Syaf.

“Laki-laki itu auratnya dari pusar sampai lutut. Makanya, berbeda pakaiannya dengan kakak yang perempuan. Masalahnya adalah tidak sedikit ibu-ibu zaman sekarang yang malah berpakaian terbuka yang tidak menunjukkan identitas keperempuanannya,”tambahnya.

Betapa sempurnanya ajaran Islam ini. Dalam setiap syariatnya terkandung nilai-nilai pendidikan bagi anak. Syariat thaharah juga sarat dengan konsep diri yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Maka, ayah dan ibu harus mengambil peran ini. Dampingi anak-anak, terutama menjelang usia baligh.

“Mendidik adalah proses menjadi. Karenanya, ia tiada henti dan terus-menerus. Maka, ayah dan ibu jangan pernah lelah untuk mendidik anak-anak Anda. Semoga kelak anak-anak Anda menjadi permata yang menyejukkan hati dan syafaat di akhirat kelak yang mengangkat derajat ayah dan ibunya. Selamat mendidik,” pesannya. (Dompet Dhuafa/Uyang)

https://www.dompetdhuafa.org/post/detail/1836/bahaya-lgbt–bentengi-anak-dengan-pendidikan-dan-ilmu-agama

Kami warga SMA YKBBB Leles Garut MENOLAK Keras keberadaan LGBT dimanapun berada.

17 thoughts on “SMA YKBBB TOLAK “LGBT””

  1. Jadi kita harus mencegah pencegahan tolak LGBT karena perbuatan LGBT itu sangat melarang hukum, oleh sebab itu kita harus waspada agar tidak terjadi pada diri kita sendiri karena LGBT sangat menular .

  2. jadi kita harus mencegah pencegahan tolak LGBT karena perbuatan LGBT sangat melarang hukum,oleh sebab itu kita harus waspada agar tidak terjadi pada diri kita sendiri.karena LGBT sangat menular.

  3. Jadi kita harus mencegah pencegahan tolak LGBT karena perbuatan LGBT itu sangat melarang hukum, oleh sebab itu kita harus waspada agar tidak terjadi pada diri kita sendiri karena LGBT sangat menular

  4. jadi kita harus mencegah pencegahan tolak LGBT karena melarang hukum.dan tidak sesuai dengan ajaran agama.dan kita juga harus waspada.

  5. sma ykbb menolak ada nya keras lgbt karna hal itu tidak pantas dan tidak di sukai oleh agama islam karna hal tersebut bisa mencemarkan nama baik kita jadi buruk

  6. saya sangat sutuju dengan penolakan lgbt karna hal itu tidak pantas dan tdak di sukai oleh agama islam karna hal tersebut bisa mencemarkan nama baik kita menjadi buruk

  7. saya sangat sutuju dengan penolakan lgbt karna hal itu tidak baik bagi kita semua itu juga bisa menjadikan nama baik kita menjadi buruk dihadapan semua masyarakat

  8. kita harus mencegah pencegahan tolak LGBT karena melarang hukum.dan tidak sesuai dengan ajaran agama.dan kita juga harus waspada terhadap LGBT.

Tinggalkan Balasan ke rismey nur awalianda Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *